Tarian dan Nyanyian Asyik Daerah Ambon

Tarian dan Nyanyian Asyik Daerah Ambon
Pasar Tradisional Perdagangan Ikan di Kota Ambon

Ambon Manise. Itulah julukan yang diberikan pada ibu kota Provinsi Maluku. Memang, kota ini tidak sepopuler Bandung, Jogja, Bali, ataupun Lombok. Namun, jika ditelusuri lebih jauh, Ambon juga kaya akan wisatanya, mulai dari wisata alam pantai dan pegunungan, wisata kuliner yang khas, juga wisata budayanya yang terbilang masih dilestarikan.

Membicarakan tarian dan nyanyian, tentu semua daerah di Indonesia memilikinya, dengan ciri khas dan karakteristik serta keunikan yang tak dimiliki satu sama lain. Mulai dari bahasa yang digunakan, pemilihan nadanya, musik pengiringnya, hingga gerakannya yang lemah gemulai. Kostum yang dikenakan berikut pernak-pernik atau aksesorinya pun beragam. Mengulik tentang Ambon, berikut tarian dan nyanyian khas yang dimilikinya:

Tarian Khas Daerah Ambon

 

Tari Cakalele

 

Tari Cakalele menggambarkan bagaimana suasana ketika sedang terjadi perang di wilayah Ambon. Karakteristik tarian ini adalah warna merah pada kostumnya yang menggambarkan keberanian masyarakat Maluku kala berperang. Aksesori yang ditampilkan pada tarian ini adalah parang dan salawaku yang merupakan senjata tradisional berupa tameng khas Maluku.

Jumlah penari yang memeragakan tarian ini bisa mencapai 30 orang baik laki-laki maupun perempuan. Jenis musik pengiringnya berupa paduan bunyi tifa yang merupakan kendang asli Maluku, bia (sejenis suling khas Maluku yan terbuat dari kerang besar), dan suling.

 

Tari Bambu Gila

 

Selanjutnya adalah Tari Bambu Gila yang kental akan suasana mistis. Tak mengherankan, karena tarian ini bisa membuat para penari seperti orang gila, melangkah ke segala arah layaknya sedang mabuk. Seperti namanya, Tari Bambu Gila menggunakan bambu sebagai objek utamanya. Penari biasanya adalah masyarakat laki-laki yang dipandu dengan seorang ahli atau yang kerap disebut pawang.

Cara menarinya terbilang sederhana. Penari akan memeluk bambu dengan erat, sementara sang pawang membaca mantra sembari membawa kemenyan. Lalu, asap kemenyan akan ditiupkan pada masing-masing ujung bambu yang membuat bambu berguncang tak terkendali. Sang penari akan mengendalikan bambu sekuat tenaga hingga pawang membaca mantra untuk menghentikannya.

Tari Orlapei

Ada pula Tari Orlapei, yang sering dipentaskan untuk menyambut tamu-tamu yang datang ke Maluku. Tari ini menunjukkan rasa terima kasih masyarakat setempat atas kedatangan tamu-tamu yang berkenan untuk berkunjung ke Tanah Maluku. Umumnya, Tari Orlapei dibawakan oleh muda-mudi masyarakat asli Maluku dengan gerakan yang sangat dinamis dan energik, membawa semangat untuk para tamu.

Musik yang digunakan untuk mengiringi tarian ini adalah paduan dari gitar, ukulele, tifa, dan suling bambu. Perpaduan alat musik ini menghasilkan nada yang mampu memunculkan semangat dan membawa suasana kekeluargaan yang begitu kentara. Melalui gerakan-gerakan penari yang lincah, diharapkan rasa terima kasih dari masyarakat akan tersampaikan.

 

Tari Saureka-Reka

 

Tarian Ambon selanjutnya adalah Tari Saureka-Reka, yang juga dikenal dengan Tari Gaba-Gaba. Tarian ini menggunakan gaba-gaba atau pelepah pohon sagu. Tari Saureka-Reka menuntut kelincahan kaki dan fokus dari para penari. Pasalnya, penari harus melompat menghindari hentakan gaba-gaba pada saat yang tepat. Tarian ini biasanya digelar untuk mengungkapkan rasa syukur atas segala rezeki dari Tuhan.

Diiringi bunyi alat musik ukulele dan tifa, Tari Saureka-Reka dilakukan oleh 8 orang, dengan 4 orang laki-laki bertugas untuk memegang dan menggerakkan gaba, dan 4 orang perempuan yang menari di atasnya. Selain untuk mengucap syukur, tarian ini juga biasanya digelar dalam acara penyambutan tamu.

Nyanyian Khas Daerah Ambon

 

Ayo Mama

 

Lagu Ayo Mama diciptakan oleh Huang-Huilan, seorang wanita dengan darah keturunan Tiongkok yang kemudian menikah dengan Wellington Koo. Kabarnya, lagu ini bercerita tentang seorang gadis asli Ambon yang baru saja mengenal cinta. Sang gadis terlalu takut sang ibunda tahu bahwa ia telah berpacaran.

Pada akhirnya, sang gadis pun menjelaskan pada ibunda bahwa ia tidak pernah melakukan hal-hal yang memang dilarang selama berpacaran. Si gadis hanya berpegangan tangan dengan sang kekasih. Makna lagu ini tentu sama dengan keadaan para remaja yang baru saja mengenal cinta, sehingga membuat lagu Ayo Mama amat cepat populer.

 

Ambon Manise

 

Selanjutnya adalah lagu Ambon Manise yang berarti “Ambon yang Manis.” Lagu yang belum diketahui dengan pasti penciptanya ini bercerita tentang seorang pemuda asli Ambon yang merantau meninggalkan Ambon ke suatu kota. Namun, kota yang disinggahinya tak secantik kota kelahirannya. Hal ini membuat sang pemuda menyesal telah merantau dan meninggalkan ibunya serta tanah kelahirannya yang sangat memukau.

Oleh karena kerinduan akan tanah kelahirannya benar-benar tak terbendung, sang pemuda pun meminta kepada ibunda untuk membawanya kembali ke tanah kelahirannya. Liriknya yang begitu menggambarkan pesona Ambon dengan sangat mendalam membuat lagu Ambon Manise begitu populer hingga ke seluruh penjuru Nusantara.

 

Buka Pintu

 

Buka Pintu juga menjadi nyanyian Ambon yang cukup terkenal. Lagu yang berasal dari Maluku ini banyak didendangkan sebagai lagu anak-anak. Pasalnya, tempo musiknya begitu riang, liriknya pun mudah diingat, membuat lagu ini cenderung enak didengar. Lagu Buka Pintu menceritakan tentang seseorang yang menyebut dirinya “beta” (dalam Bahasa Indonesia berarti “saya”) meminta kepada seorang gadis untuk membukakan pintu untuknya.

Namun, sang gadis tak kunjung membuka pintu, padahal si beta sudah ketakutan dengan adanya anjing dan hujan yang mengguyur. Meski begitu, sang gadis pun tetap tidak mau membukakan pintu. Hingga akhir lagu, tidak diketahui dengan pasti bagaimana nasib si beta. Versi lain dari lagu ini menceritakan seorang lagi-lagi yang jatuh hati pada wanita dan berusaha untuk membuka pintu, yang dianggap sebagai pintu hati.

Itu tadi tarian dan nyanyian khas daerah Ambon yang cukup populer di Nusantara. Budaya tarian dan lagu daerah memang harus dilestarikan, meski zaman telah bergeser jauh menuju sebuah perubahan besar. Yuk, lestarikan budaya khas Indonesia!