Kerajinan Tangan Khas Palu yang Unik dan Bernilai Seni Tinggi

Kerajinan Tangan Khas Palu yang Unik dan Bernilai Seni Tinggi

Seperti halnya berbagai wilayah lain di Indonesia, Palu juga memiliki kekayaan budaya dan unsur tradisional yang melimpah. Ibu kota Sulawesi Tengah ini bahkan terkenal dengan beragam kerajinan tangan yang terbuat dari kain, kayu, maupun dari anyaman daun. Kerajinan tangan Palu dapat digunakan dalam berbagai kesempatan maupun dipajang sebagai hiasan bernilai seni tinggi. Berikut adalah ulasan mengenai tiga kerajinan tangan dari Palu yang terkenal hingga ke mancanegara.

Sarung Donggala

Sarung Donggala merupakan kain tradisional yang berasal dari Palu, tepatnya dari wilayah Kabupaten Donggala. Karena terbuat dari kain tenun sutra, kain tradisional ini memiliki tekstur yang lembut sehingga sangat nyaman dikenakan sebagai pelengkap pakaian. Motif kainnya pun bervariasi.

Sebagai suvenir dan oleh-oleh khas Palu, Sarung Donggala dijual dengan kisaran harga yang berbeda-beda, tergantung pada kerumitan motif kain. Ada beragam motif yang ditenun pada kain tradisional ini. Sebagian besar motif yang dipilih untuk menghiasi kain sarung Donggala terinspirasi dari aneka ragam tanaman bunga, termasuk bunga mawar, anyelir, dan kamboja.

Sarung Donggala sebenarnya merupakan tradisi yang telah turun-temurun diwariskan dari generasi ke generasi. Di masa lampau, kegiatan menenun umumnya hanya dilakukan oleh kaum wanita yang mendiami kota tua Donggala. Namun, industri pembuatan sarung Donggala yang kini telah berkembang dapat dilakukan oleh siapa saja. Pusat kerajinan sarung Donggala dapat Anda temukan di berbagai daerah di Kota Palu dan sekitarnya. Beberapa di antaranya adalah Desa Towale, Kolakola, Limboro, dan Watusampu.

Batik Bomba

Batik Bomba adalah kerajinan tangan yang berasal dari suku Kaili, salah satu suku adat yang mendiami wilayah Kota Palu. Kata bomba sendiri berasal dari bahasa Minahasa yang dimaknai sebagai keterbukaan atau kebersamaan, dua nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Palu.

Proses pembuatan batik Bomba tidak banyak berubah sejak dahulu. Dengan menggunakan kain sutra pilihan, batik ditenun menggunakan alat tenun tradisional. Untuk menggambarkan corak atau motifnya, tinta yang digunakan pun adalah pewarna alami yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Sementara itu, alat-alat membatik seperti canting dan cetakan kayu juga digunakan dalam proses pembuatan batik khas Palu ini.

Kain batik biasanya dihias dengan berbagai bentuk motif yang menggambarkan kebudayaan Kota Palu, Donggala, dan Provinsi Sulawesi Tengah pada umumnya. Motif batik Bomba yang banyak dibuat meliputi motif bunga cengkih, rumah adat souraja, burung maleo, rumah adat Kalli, lekatu, serta motif sambulugana yang merupakan perpaduan tumbuhan pinang dan sirih.

Batik Bomba kerap digunakan sebagai simbolis dalam berbagai perayaan dan upacara adat, termasuk dalam acara pernikahan. Batik Bomba dengan motif sambulugana, misalnya, biasa digunakan sebagai persembahan simbolis untuk meminang pengantin wanita.

Kerajinan Kayu Hitam

Seperti namanya, kerajinan tangan khas Palu yang satu ini terbuat dari kayu berwarna hitam. Jenis kayu yang digunakan adalah kayu eboni (Diospyros ebenum) dengan karakteristik utamanya yang keras, berat, dan tahan lama. Kerajinan kayu hitam eboni sudah sejak lama dikembangkan oleh masyarakat Palu dan mulai populer di era 1960an.

Seiring dengan perkembangan zaman, kerajinan kayu hitam eboni yang awalnya diolah secara tradisional kini mulai mengalami proses modernisasi. Berbagai produk yang dihasilkannya pun memiliki tekstur permukaan yang lebih licin dan halus. Bentuk, rupa, serta ukirannya juga kian berkembang dan bervariasi.

Kayu eboni biasanya dibuat menjadi aneka hiasan, mulai dari hiasan dinding seperti jam dan bingkai, alat makan seperti mangkuk atau piring kayu, hingga suvenir seperti patung atau gantungan kunci. Berbagai bentuk kerajinan kayu hitam sangat cocok dijadikan sebagai pajangan di rumah. Harga kerajinan kayu hitam dari Palu cukup bervariasi, mulai dari yang termurah seharga puluhan ribu rupiah, hingga kerajinan dengan ukiran rumit yang harganya bisa mencapai ratusan ribu atau jutaan rupiah.

Kerajinan Anyaman Daun Silar

Anyaman daun silar merupakan kerajinan tangan dari Palu yang diprakarsai dan dikembangkan oleh masyarakat lokal. Silar merupakan bahasa Minahasa untuk pohon gebang, yakni sejenis pohon palem yang banyak tumbuh di daerah dataran rendah dengan batang yang besar dan tinggi. Umumnya, daun silar yang sudah mengering hanya berakhir di tempat pembuangan sampah atau dibakar untuk mengurangi tumpukannya.

Namun, dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir, masyarakat Palu dan sekitarnya mulai memanfaatkan dan mengembangkan daun silar kering menjadi kerajinan tangan bernilai jual tinggi. Produk-produk hasil kerajinan ini bahkan diumumkan oleh Pemerintah Kota Palu sebagai salah satu produk unggulan dari ibu kota Sulawesi Tengah ini.

Daun silar kering yang telah dianyam kemudian dibentuk dan dihias menjadi berbagai produk yang memiliki daya guna beragam. Beberapa di antaranya adalah tas tangan, dompet, bingkai foto, serta tempat tisu dan tempat menyimpan berkas.

Demikian ulasan mengenai sejumlah kerajinan tangan dari Palu, Sulawesi Tengah, yang tidak hanya memiliki nilai seni, tetapi juga menyimpan nilai manfaat yang tinggi. Dengan pengelolaan yang baik dan efektif, berbagai produk kerajinan tangan tersebut juga memiliki nilai jual dan dapat dimanfaatkan sebagai sumber mata pencaharian. Tentu saja, hal ini dilakukan tanpa mengurangi unsur budaya dan tradisional yang dimilikinya.

Jika Anda berkunjung ke Kota Palu, berbagai kerajinan tangan yang telah diulas di atas sangat cocok dijadikan sebagai buah tangan. Anda bisa menyimpannya sendiri untuk kenang-kenangan, atau memberikannya kepada teman maupun anggota keluarga.